GURUKU PANUTANKU

Jum'at, 16 Oktober 2020



"Kakek guru bisa mati (meninggal), Ajaranmu tidak pernah bisa mati"


       Ingatanku terbawa di masa-masa kecil, masa indahku bersama teman-teman kecilku, ya...masa-masa bahagia di kampung halaman. Bermain petak umpet, bentengan, congklak, kelereng, karet gelang di sela-sela jam istirahat sekolahku. Bahagia sekali rahasa.

       Setiap Pagi sekali, aku mesti datang lebih awal, makhlum sekolahku sangat dekat dengan rumah, hanya beberapa langkah di belakang rumah. Ada seseorang yang selalu aku tunggu-tunggu, pak guru kesayanganku dan teman-teman sekelasku. Lebih tepatnya kami layak memanggil beliau "kakek", karena umur beliau waktu itu sudah menjelang pensiun. 

       Meski Aku dan teman-temanku sudah duduk di kelas dua SD (Sekolah Dasar), tapi kami rata-rata belum bisa membaca, kampung kami waktu itu belum ada sekolah TK (Taman Kanak-kanak). Jika mau sekolah ya langsung masuk kelas satu Sekolah Dasar.

      Setiap pagi sebelum bel berbunyi, kakek guruku sudah berada di sekolah, beliau selalu mengajarkan dan mencontohkan perilaku-perilaku pembiasaan untuk saling bekerja sama membersihkan ruangan tanpa harus diperintah sebelum pembelajaran dimulai, mengajari anak-anak mengenal abjad, mengeja sampai akhirnya bisa membaca. Pembelajarannya berganti-ganti mata pelajaran tetapi yang mengajar tetap kakek guru idola kami. Beliau sosok guru yang sabar dan disiplin dengan tetap terpancar aura kebijaksanaannya.

Beliau selalu mengajarkan kami kejujuran, disiplin, berusaha keras, apapun hasilnya itu yang menjadi tolak ukur dari usaha kami. Mengajarkan kami jangan putus asa, berusaha dan berusaha.

      Aku masih ingat suatu hari, ada PR membaca hanya satu halaman, waktu itu setiap bacaan pasti ada gambar ilustrasinya. Misalnya ada gambar ibu , bacaannya seperti ini

i-ni i-bu bu-di

i-bu

ibu

i-bu

ini ibu budi

       Pak guru memberikan PR membaca yang agak panjang, karena belum begitu bisa mengeja ada satu teman kami yang ketakutan beberapa hari tidak masuk sekolah, ternyata dia pura-pura sakit. Kami ramai-ramai menjenguknya, tidak ketinggalan kakek guru ikut mendampingi kami. Dan melihat si teman kami tadi berbaring di tempat tidur seakan-akan sakit beneran. Padahal dia pucat karena takut dan malu, mendapat giliran maju di depan kelas untuk membaca.

       Kakek guru rupanya tahu, jika dia tidak sakit beneran dan memberikan nasehat, "Kita harus berani menghadapi apa saja yang terjadi dengan kejujuran, walaupun kamu belum bisa membaca nanti kita juga belajar bersama-sama, jangan takut dan malu untuk maju". Kakek guru memerintahkan kami membantu teman yang membutuhkan, sampai temanku tadi bersemangat untuk belajar tanpa ada rasa minder.

       Semua anak-anak belajarnya dengan saling membantu, disela-sela jam istirahat sebagian waktu digunakan untuk membantu satu teman bergantian.Yang aku ingat jam istiharat agak panjang, kami masih bisa bermain. Bunyi bel pulang sekolah jam 12.00, kami masih bisa melanjutkan bermain di sore hari, masa-masa yang indah tidak terlupakan. 

       Sampai akhirnya aku di kelas lima SD, ada berita bahwa kakek guru meninggal, ada rasa kehilangan yang sangat, dilubuh hatiku yang paling dalam, doa aku ucapkan SELAMAT JALAN KAKEK GURU, semoga mendapat tempat terindah di syurgaNya, "KAKEK GURU BISA MATI(MENINGGAL) AJARANMU TIDAK PERNAH BISA MATI"


#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallange

#WarisanAISEI

#pendidikbercerita

#Day10AISEIWritingChallange

#ByHand

Komentar

  1. Wah jadi inget masa2 SD..
    Keren Ibu...

    BalasHapus
  2. Aamiin untuk Kakek Guru.
    Contoh yang melekat ke dalam jiwa sebagai sesuatu positif akan membuahkan positif thinking bagi siswa ya bu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN TIK

Menerbitkan Buku dari Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Mas Brian Sang blogger Muda