AKU TIDAK SADAR KAREKTER PENDIDIK DITANAMKAN ORANG TUAKU SEJAK KECIL

Minggu, 5 Juli 2020


SRI HANDAYANI, S.Kom
SMP ISLAM NGORO

Semenjak kecil aku sudah terbiasa dengan dunia pendidikan. Aku hidup dari keluarga yang juga seorang pendidik, ada kakak juga sebagai pendidik walau tidak semua kakak. Dulu waktu aku masih duduk di kelas SD sudah terbiasa mengajari teman yang belum bisa membaca, yang sebenarnya datang ke rumah untuk belajar ke orangtua, alih-alih akulah yang jadi asisten pendidik. Maklum sudah kelas 4 atau kelas 5 SD dulu ada yang belum lancar membaca, apalagi tinggal di sekolah pelosok.

Hari demi hari aku lalui, bersekolah dari tingkat dasar sampai sekolah menengah atas, sampai saatnya aku lulus dan ingin meneruskan di jenjang perkuliahan. Sekolah yang aku tuju STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi  Negara). Waktu itu di Tahun 1992 hanya ada di Jakarta. Aku beranikan diri berangkat sendiri, dengan berbekal selembar catatan alamat yang aku dapatkan dari guru sekolah, yang memberitahu untuk datang ke alamat asrama perkumpulan mahasiswi STAN dari Madiun yang ada di Jakarta Selatan. Aku datang  jauh sebelum pendaftaran di mulai, sehingga bisa mempersiapkan mental dan belajar dari kakak-kakak yang sudah di sana. Maklum kota besar dengan hiruk pikuk yang belum terbiasa. Berbekal peringkat 1 di rapor dan nilai ujian yang menurut wali kelas kategori bagus, aku memberanikan diri untuk berangkat sendiri tanpa ada sanak saudara hanya karena support beliau.

Hingga waktu ujian terlaksana di gedung Admajaya lantai 11. Berbekal nekat saja, aku datang ke sana lebih awal, dan naik lift yang seumurku baru itu aku alami di usiaku yang ke 15, sungguh pengalaman yang menurutku beda. Pengumuman tentunya masih lama, hingga akhirnya aku minta izin ke kakak asrama untuk pamit pulang, dan meminta memberi khabar jika sudah ada pengumuman. Sampai waktunya ada kabar dari Jakarta, bahwa aku belum berhasil diterima, meskipun aku rasa waktu ujian bisa mengerjakan. 

Orang tua menganjurkan meneruskan perkuliaahan sebagai pendidik, waktu itu namanya IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dan tidak jauh-jauh ke kota lain. Dengan bijak dan santun aku menolak, meskipun aku sudah terbiasa dengan keluarga pendidik, tidak sedikitpun terbersit ingin berprofesi pendidik.

Waktu berjalan seiring keinginanku melanjutkan di perkuliahan, akupun berminat sambil mondok (pesantren), dan Jombang adalah kota pilihan dalam hatiku. Tiba saatnya aku mendaftar di UNDAR (Universitas Darul 'Ulum), meskipun swasta berorientasi pesantren. Lagi-lagi di asrama pesantren banyak adik-adik kelas tingkat SMP ingin belajar padaku sekedar memberikan bimbingan PR dari sekolahnya. Karena latar belakang yang jauh dari orang tua karakternya cukup mandiri, sehingga cukup mandiri juga dalam belajar. Aku bertahan di asrama pesantren hanya 2 tahun karena lokasi pesantren ke kampus agak jauh sehingga aku sering tertinggal jadwal ngaji pesantren, artinya di semester 5 aku boyong dari pesantren dan bersama teman-teman cewek yang kukenal  di kampus mengontrak rumah untuk tinggal bersama. Cukup berjalan kaki sampailah ke kampus, karena areanya di samping kampus tidak terlalu jauh. 

Lagi-lagi banyak anak kecil di sekitar kontrakan minta belajar untuk menyelesaikan PR sekolah. Lama-lama yang tadinya hanya 1 grup belajar sekitar 5 anak sampai ada beberapa grup belajar.  Bahkan orangtuanya yang sebagian besar pegawai di pemerintahan juga ikut minta diajari sekedar mengoperasikan komputer untuk keperluan kantor, waktu itu aplikasinya masih menggunakan Word Star dan Lorus 123 di tahun 1993. 

Mendampingi anak-anak usia SD/MI belajar berbeda dengan anak-anak usia SMP ataupun orangtua. Sebagai pendidik aku harus bisa memposisikan dan menyelami sesuai usianya. Untuk menarik perhatian anak-anak seusia SD/MI kadang aku menceritakan kisah-kisah nabi ataupun tokok-tokoh dongeng. Walaupun aku juga tidak piawai mendongeng setidaknya aku menyelami karakter tokoh dalam dongeng itu. 

Untuk anak usia SMP yang notabene mulai puber, sering curhat masalah pacar, dan aku berusaha memberikan wawasan yang terbaik agar tidak mengganggu belajarnya dan menempatkan sesuai porsi perkembangannya. Lain lagi mendampingi belajar otangtua, hanya perlu kesabaran saja, pada dasarnya beliau-beliau yang mau belajar itu memang semangatnya tinggi, cuma usia mendekati pensiun itulah yang membuat pendampingan belajar harus di ulang-ulang.

Aku juga bergabung di lembaga kursusan dengan tujuan nantinya bisa mendirikan kursusan sendiri bersama teman-teman. Tahu memanagemen lembaga. Yang terpenting di waktu itu senang punya uang lebih dari hasil keringat sendiri selain jatah dari orangtua.

Sampai akhirnya aku wisuda di tahun 1997, menikah di Tahun 1998 menetap di Jombang dan menjadi ibu di Tahun 1999, awalnya aku menikmati sebagai ibu rumah tangga murni yang sehari-hari full mengurus keperluan rumah. Sampai akhirnya ada seorang guru di lain desa datang ke rumah, bahwa sekolah tempat beliau mengajar di sekolah kejuruan swasta dulu namanya (STM) membutuhkan guru komputer, sampai akhirnya aku langsung di suruh datang ke sekolah oleh kepala sekolah dan tak tahunya langsung masuk kelas, aku tidak canggung lagi, bagiku sudah terbiasa berinteraksi dengan peserta didik.

Sampai di tahun berikutnya, sekitar tahun 2001, aku dipanggil untuk mengajar sekolah tingkat SMP/MTs dan memberikan pelajaran TIK dan dipercaya memegang Laboratorium komputer sampai sekarang. Sehingga aku ikut program akta 4 untuk bisa menjadi pendidik yang sebenarnya dan berkesempatan menjadi  guru bersertifikasi mapel TIK di Tahun 2010. 

Saat ini, aku juga dipercaya kepala sekolah membantu guru prakarya, berbekal hobi memasak dan membuat jajanan sesuai dengan mapel prakarya aspek pengolahan. Akupun no problem jalan terus, karena sekolah kami belum ada yang guru yang linier dengan mapel prakarya.


Bimbingan TIK aku berikan di setiap waktu, bahkan jam-jam istirahatpun siap. Di akhir waktu anak-anak mau pulang setelah sholat jamaan di sekolah juga siap. Di rumah kadang anak-anak bertanya lewat WA juga siap semampu aku menguasai IT. Yang terpenting bagiku selagi aku bisa memberikan perubahan walaupun sedikit untuk anak-anak bangsa ke arah yang lebih baik, kenapa tidak.....!!!Untuk membekali itu semua berbagai pelatihan online aku ikuti, termasuk kelas AISEI. Aku juga ingin menyiapkan perubahan dimulai dari menulis.

Walaupun aku tidak menginginkan menjadi pendidik ternyata takdirku ada di sini, tanpa aku sadari karakter pendidik sudah ditanamkan sejak kecil oleh orangtuaku, jiwaku ada di antara anak-anak bangsa, aku senang, bersyukur semoga amanah ini bisa aku emban dengan baik.... aamiin.



Jombang, 5 Juli 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN TIK

MS-OFFICE WORD 2010

SESAAT BERSAMA MBAK LEONNY DI AISEI