STEMPEL PONDOK
23 Oktober 2020
Ketemu dengan sahabat lama sepermainan dimasa kecil walau lewat WA, video call, masuk katagori daring juga. Kami bincang-bincang tentang kabar terupdate, melepas kangen walau hanya lewat video call, rasanya sudah terobati. Ingat masa-masa kecil dulu bermain bentengan, karet, obak sodor, mainan masa kecil jaman dulu yang mulai langka untuk anak-anak era milinel, era digital seperti sekarang ini. Tapi belum ada yang bermain bentengan dengan cara digital ya. Adanya game yang membuat emosi pemainnya tertantang terus.
Kami bercerita tentang anak-anak kami, sampai tingkah laku anak jaman sekarang. Berdiskusi bagaimana cara menghadapi anak jaman sekarang yang bisa diterima oleh anak-anak dan menjadi celah untuk anak perperilaku yang bertanggung jawan, sopan, santun, berkarakter. Semua dengan baik dan buruknya kami berusaha saling menguatkan, makhlum kami dulu bak sahabat yang tidak terpisahkan.
Sampai akhirnya alkisah anak laki-lakinya sudah berangkat ke pondok dengan prosedur di jaman corona seperti ini, harus tes rapit dulu, sampai di sana di karantina 14 hari, baru diperbolehkan masuk di komplek asrama yang biasa ditempati dan beraktifitas normal, sekolah dan ngaji tetapi tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Dua bulan berlalu, dan temanku merasa lega anaknya sudah dipondok, si anaknyapun juga senang, ikhlas berangkat ke pondok. Karena selama belum ada pernyataan boleh dijenguk orangtua diyakinkan pihak pondok untuk tidak menjenguk dan mempercayakan sepenuhnya ke pondok, berdoa saja semuga semuanya tetap sehat tidak kurang suatu apa.
Suatu hari anaknya mengucapkan salam, temanku itu kaget. Kenapa si anak ini pulang. Dengan sabar ditanyakannya setelah si anak tadi duduk, diambilkannya makan dan minum, rupanya si anak tadi pulang jalan kaki. Ditanyanya dengan tenang biar si anak juga merasa tenang, kronologisnya kok bisa pulang.
Usut punya usut karena si anak tidak tahan dengan penyakit gudik (gatal-gatal) yang dideritanya selama di dalam pondok meskipun sudah diobatinya, sampai si anak tadi melompat pagar dan jalan kaki ke rumah. Yach karena protokol kesehatan si anak harus menunggu balik ke pondok lagi di gelombang tiga (sekitar bulan Januari) dan harus melalui tahapan rapit tes lagi, karantina. Sahabatku tadi berusaha menenangkan anaknya bahwa gudik itu sama dengan stempel pondok, makanya jangan nyerah dengan gudik, eksistenti kamu diakui dengan adanya gudik itu.
Akhirnya pembicaraan kami berakhir, bye..bye...sahabatku....doa-mendoakan ya....semoga anak-anak kita selalu sehat dimanapun berada tentu juga sehat amaliyahnya...aamiin yaRobbal'alamin
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallange
#WarisanAISEI
#pendidikbercerita
#Day17AISEIWritingChallange
#ByHand
Komentar
Posting Komentar