CITA-CITAKU MASIH RAHASIA

 Selasa 27 Oktober 2020


"Dengan lugas dan lantang si adek menjawab,"CITA-CITAKU MASIH RAHASIA".


      Pagi-pagi sekali adek sudah mandi,  diteruskan sholat dhuha, baca jus 'Amma ditemani kamera gatget yang terpasang di tripot, untuk mengabadikan setiap momen pembiasaan yang harus disetor ke guru agamanya di Madrasah Ibtidaiyah tempatnya belajar. Karena Abi terpaksa hari ini tidak bisa antar si adek. Meskipun masuk siang si adek udah tanggap dengan situasi dan kondisi. Akupun sudah siap berangkat ngantor, setelah sarapan pagi ala kadarnya, aku keluarkan sepeda motorku yang selalu siap menemaniku kemana-mana.

Dari kamarnya si adek berteriak , " Umi...umi...tunggu sebentar (sambil membenarkan maskernya), adek ikut berangkat bareng Umi saja, Abi repot, gak bisa ngantar, tapi nanti langsung ikut ke sekolah Umi saja ya."

Yaaa...sudahlah sekali dua...pulau terlampaui...Aku iyakan saja. Di perempatan lampu merah si adek rupanya melihat kejanggalan (versi adek). Jalan yang kami lalui setiap hari, rupanya diam-diam ada yang menjadi bahan pertanyaan dalam hatinya, sambil memperhatikan setiap sudut pemandangan yang ada di sekitar lampu bangjo tadi. (aku nebak-nebak saja, dari ekspresi raut mukanya, tanpa tanya aku biarkan, toh si adek masih punya kewajiban masuk sekolah).

Sampailah aku dan si adek di area halaman sekolahku tempat mengajar. Maklum banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan bersama tim untuk persiapan PKKS, yang akan dilaksanakan besok. Akupun disibukkan dengan seabrek pekerjaan sampai tak terasa adek mengingatkan jika waktunya harus masuk sekolah.

"Mi...Umi...ayo...adek bentar lagi telat lo...". Aku lihat jam dan bergegas ke tempat parkir ambil scoopyku,  aku tinggalkan sejenak untuk antar adik paling-paling lima menit udah sampai di skolahan adek.

Adek turun dari boncengan, langsung salim, sambil tersenyum akupun berkata dan mengulurkan tanganku, "bukannya tadi sudah salim"

"Gak papa..Mi...tadi kan salimnya untuk berangkat ke sekolah Umi, sekarang ke sekolah adek." katanya.

Sampai tibalah waktunya jam 11.30 WIB, akupun sudah merasa persiapan PKKS bersama tim untuk besok selesai. Akupun pulang dan menghampiri adek di sekolahnya, bersama-sama lagi pulang. Eeee....barusan masuk rumah adek sudah memberondong pertanyaan yang tadi sudah aku perkirakan.

"Mi...itu..lampu bangjo kan udah lama mati, kok tidak segera dibenerkan ya Mi..."

"Mi...emangnya itu kewajiban siapa benerkan lampu bangjo.."

"Mi...lalu lintas jadi macet ya Mi..."

"Mi...dari kecil pak polisi itu pasti cita-citanya jadi polisi ya Mi..."

"Mi...terus tadi ada bapak-bapak...ngatur lalu lintas kok tidak seragam polisi...setiap hari berdiri di tengah-tengah selama lampu bangju itu mati....emangnya siapa..."

"Mi...kasihan bapak-bapak tadi ya...sendirian..panas-panas lagi..."

"Cita-citanya jadi apa ya Mi..."

Terdengar suara dari dalam, "adek...adek...ganti baju dulu dong...tanya kok kaya suara kereta api...tidak berhenti sebelum di stasiun." (suara Abi). Akupun membenarkan Abi, dengan cepet-cepet si adek masuk kamar dan keluar lagi dengan cepatnya, bajunya sudah ganti, sudah bawa cemilan kesukaannya, cilok, sotong dan air dalam botol bekalnya tadi. 

Abi membuka percakapan dengan tanya ke adek, "Adek..sebenarnya cita-cita adek itu apa?."

Dengan lugas dan lantang si adek menjawab,"CITA-CITAKU MASIH RAHASIA".

Abi, "Memangnya ada cita-cita namanya RAHASIA." (bernada guyonan)

         Sehingga kami berdua ketawa, sambil menerangkan, namanya cita-cita itu disebutkan misal pingin jadi guru, dokter, polisi (mengatur lalu lintas). Kamipun bergantian menjawab satu persatu pertanyaan yang adek lontarkan tadi. Si adek dengan manggut-manggut mengiyakan, penjelasan kami atas pertanyaannya mendapatkan jawaban. Sampai akhirnya adek bertanya lagi, "Bapak-bapak tadi kayaknya bukan polisi kok tugasnya ngatur lalu lintas." Kamipun menjelaskan sehingga si adek bisa menerima dengan porsi jalan pikiran anak-anak. Bapak-bapak tadi juru parkir, ikut membantu mengatur lalu lintas. Mungkin juga cita-citanya tidak menjadi tukang parkir, tetapi karena banyak hal dan mungkin nasibmya saja yang membawa bapak itu tadi menjadi tukang parkir.

      Usut punya usut, si adek tadi mendapat pelajaran agama yang membahas masalah dosa, diantaranya, "Jika seseorang berkata itu harus sesuai dengan kenyataan, jika tidak tentunya berdosa".Makanya adek ditanya cita-cita, jawabnya RAHASIA, rupanya bayangan adek, semua cita-cita yang sudah diucapkan itu harus sesuai, jika tidak sesuai tentu berdosa, lebih baik disimpan, dirahasiakan.

Aduh adek...adek....



#30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallange

#WarisanAISEI

#pendidikbercerita

#Day21AISEIWritingChallange

#ByHand

Komentar

  1. Om jadi gemes sama si Adel. Kapan ya bisa ketemu biar ngobrol sama Dede Hanum anak om. Kyknya seru nich

    BalasHapus
  2. Wah pinter bgt ini si adek.. . Salam sayang ya Bu buat si adek. ..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKEMBANGAN TIK

Menerbitkan Buku dari Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Mas Brian Sang blogger Muda